Selasa, 06 Desember 2011

KITAB SULAIM BIN QOIS AL HILALI




PRAKATA DAN KOMENTAR
Kitab Sulaim yang dikenali juga dengan nama al-Saqifah dan Abjadal-Syi‘ah adalah karangan Sulaim bin Qais al-Hilali al-‘Amiri al-Kufi,sahabat Amir al-Mukminin Ali bin Abu Talib a.s. Beliau telah mengambil bahagian dalam peperangan Jamal, Siffin dan Nahrawan bersama-sama Amir al-Mukminin Ali a.s. Beliau wafat sekitar tahun 90 Hijrah. Terjemahan ini adalah berdasarkan kepada manuskrip Thiqah al-Islam Syaikh Muhammad bin al-Hasan al-Hurr al-Amili, penulis kitab al-Wasa’il (wafat pada tahun 1104 Hijrah) dan diedit oleh Syaikh al-‘Alawi al-Hasani al-Najafi. Diterbitkan oleh Dar al-Funun, Beirut pada 8hb. Ogos, 1980 bersamaan 27 Ramadan 1400 Hijrah. Bagi tujuan terjemahan, saya telah mengeditnya kembali, menjadikannya kepada enam bahagian, meletakkan tajuk-tajuk yang dahulunya tidak ada di tempatnya yang sesuai dan menyediakan rujukan buku-buku karangan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah yang datang selepasnya bagi tujuan akademik yang tinggi, di samping memberi kemudahan kepada para pembaca yang budiman. Sebenarnya ia tidak perlu kepada rujukan tersebut, kerana buku ini dikarang lebih awal dan buku-buku kemudian menjadikannya sebagai rujukan. Keistimewaan Kitab Sulaim adalah terletak kepada autoriti sanad dan matannya yang unggul di mana Sulaim telah memperolehinya daripada Amir al-Mukminin Ali bin Abu Talib, al-Hasan, al-Husain, Ali bin al-Husain dan al-Baqir a.s. Sulaim berkata: “Ia merupakan kebenaran di mana aku telah mengambilnya daripada ahlinya; daripada Ali bin Abu Talib salawat dan salam Allah ke atasnya, daripada Salman al- Farisi, Abu Dhar al Ghifari dan al-Miqdad bin al- Aswad. Tidak ada satu hadis pun yang telah aku dengar daripada salah seorang daripada mereka sehingga aku bertanyakan pula kepada orang lain dan merekatelah bersepakat mengenainya”. Sementara Ali bin al-Husain a.s. telah mengakui kebenaran Kitab Sulaim: “Benar apa yang dikatakan oleh Sulaim rahmatu Llahi ‘alaihi. Ini adalah hadis-hadis kami yang kami mengetahuinya”. Al-‘Allamah al-Majlisi r.h. telah meriwayatkan dalam kitabnya Bihar al-Anwar secara mursal daripada Imam Ja‘far al-Sadiq a.s.: “Sesiapa di kalangan Syi‘ah kami dan pencinta kami tidak memiliki Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali maka mereka tidak mengetahui urusan kami dengan sebenarnya.
Mereka tidak mengetahui sesuatupun daripada sebab-sebab kami. Ia adalah Abjad Syi‘ah yang mengandungi rahsia daripada rahsia-rahsia keluarga Muhammad Saw.” Al-Qadhi Badr al-Din al-Subki (wafat 769 Hijrah) berkata: “Kitab karangan Syi‘ah yang pertama adalah Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali”. Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin Ja‘far al-Nu‘mani di dalam kitab al-Ghaibah berkata: “Bukan semua daripada perawi-perawi Syi‘ah telah meriwayatkannya daripada para Imam a.s. secara langsung Ini berlainan dengan Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali kerana ia secara langsung meriwayatkannya daripada Rasulullah Saw., Amir al-Mukminin Ali a.s., al-Miqdad, Salman al-Farisi dan Abu Dhar serta orang yang bersama-sama mereka yang telah menyaksikan dan mendengar daripada Rasulullah Saw. dan Amir al-Mukminin a.s.” Justeru itu, ia menjadi rujukan Syi‘ah yang muktabar”. Meskipun kebanyakan sanad Kitab Sulaim melalui wasitah Abban bin Abi ‘Iyasy kerana Sulaim telah menyerahkan kitabnya kepada Abban tetapi terdapat juga sanad selain daripada Abban. Umpamanya Hammad bin ‘Isa telah meriwayatkannya daripada Ibrahim bin Umar al-Yamani daripada Sulaim, tanpa melalui Abban. Kemudian Abban telah menyerahkannya kepada Umar bin Udhinah sebulan sebelum kematiannya. Umar bin Udhinah berkata: “Kemudian Abban menyerahkan kepadaku Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali. Beberapa bulan selepas itu, Abban meninggal dunia. Ini adalah salinan Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali di mana beliau telah menyerahkannya kepada Abban bin Abu ‘Iyasy dan beliau telah membacakannya kepadaku”. Abban menyatakan bahawa beliau telah membacakanya kepada Ali bin al-Husain a.s. lalu beliau berkata: “Sulaim adalah benar, ini adalah hadis-hadis kami yang kami mengetahuiya”. Al-‘Allamah al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar menyatakan bahawa Kitab Sulaim bin Qais adalah terkenal (masyhur), di samping itu terdapat juga pengkritik-pengkritiknya. Meskipun begitu ia adalah daripada sumber rujukan yang muktabar. Beliau berkata: “Aku dapati Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali yang diriwayatkan oleh Abban bin Abi ‘Iyasy dan telah dibacakannya kepada Ali bin al-Husain a.s. yang dihadiri oleh sekumpulan sahabat di antaranya Abu Tufail dan Ali bin al-Husain a.s. telah membuat pengakuan kepadanya dan berkata: Ini adalah hadis-hadis sahih kami”. Sulaim berkata: “Aku telah berjumpa Abu Tufail di rumahnya. Beliau menerangkan kepadaku tentang raj‘ah daripada ahli Badr, Salman, al-Miqdad dan Ubayy bin Ka‘ab. Abu Tufail berkata: Aku telah membentangkan raj‘ah setelah mendengar daripada mereka kepada Ali bin Abu Talib a.s. di Kufah. Beliau menjawab: Raj‘ah adalah ilmu khas di mana umat tidak mengetahuinya dan dikembalikan keilmuannya kepada Allah”.


Kitab ini adalah berbahasa arab, eiittt tapi jangan hawatir udah tak beri juga yang terjemahannya ^_^, sebelum download beri jempol ama kritik sarannya ditunggu ^_^ ^_^ ^_^


Download : KLIK



ANTOLOGI ISLAM


BAB I
MENGAPA MAZHAB AHLULBAIT?

Berdasarkan hadits-hadits mutawatir yang kesahihhannya diakui oleh sebuah Muslim, Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada pengikut-pengikut beliau pada berbagai kesempatan bahwa beliau akan meninggalkan dua barang berharga dan bahwa beliau akan meninggalkan dua barang berharga dan bahwa jika kaum Muslim berpegang erat pada keduanya, mereka tidak akan tersesat setelah beliau tiada. Kedua barangberharga tersebut adalah Kitabullah dan Ahlulbait Nabi as.Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, dan juga dalam sumber-sumber lainnya,bahwa sepulang dari haji Wada, Rasulullah SAW berdiri di samping sebuah telaga yang dikenal sebaiak Khum (Ghadir Khum) yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Kemudian beliau memuji Allah dan berzikir kepada-Nya, dan lalu bersabda,“Wahai manusia, camkanlah! Rasanya sudah dekat waktunya aku hendak dipanggil (oleh Allah SWT), dan aku akan memenuhi panggilan itu. Camkanlah! Aku meninggalkan bagi kalian dua barang berharga. Yang pertama adalah Kitabullah, yangdidalamnya terdapat cahaya dan petunjuk. Yang lainya adalah Ahlulbaitku. Aku ingatkan kalian, atas nama Allah, tentang Ahlulbaitku! Aku ingatkan kalian, atas nama Allah, tentang Ahlulbaitku! Aku ingatkan kalian, atas nama Allah, tentang Ahlulbaitku (tiga kali)!1



Sebagaimana terlihat dalam hadis sahih Muslim di atas, Ahlulbait tidak hanya ditempatkan berdampingan dengan Quran, tetapi juga disebutkan tiga kali oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun ada fakta bahwa penyusun Shahih Muslim dan ahli-ahli hadis Sunni lainnya telah mencatat hadis di atas dalam kitab-kitab Shahih mereka, disayangkan bahwa mayoritas Sunni tidak menyadari keberadaan Ahlulbait tersebut, bahkan ada yang menolaknya sama sekali. Kontra argumen mereka adalah sebuah hadis yang lebih mereka pegangi yang dicatat oleh Hakim dalam al-Mustadrak-nya berdasarkan riwayat Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah berkata, “Aku tinggalkan di antara kalian dua barang yang jika kalian mengikutinya, kalian tidak akan tersesat setelahku; Kitabullah dan Sunnahku!” Tiada keraguan bahwa semua Muslim dituntut untuk mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW. Namun, pertanyaannya adalah Sunnah mana yang asli dan Sunnah
mana yang dibuat-buat belakangan, dan Sunnah palsu mana yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Menjejaki sumber-sumber laporan Abu Hurairah yang menyatakan hadis versi ‘Quran dan Sunnah’, kami menemukan bahwa hadis itu tidak dicatat dalam enam koleksi hadis sahih Sunni (Shihah as-Sittah). Tidak hanya itu, bahkan Bukhari, Nasa’i, Dzahabi dan masih banyak lainnya, menyatakan bahwa hadis ini adalah lemah karena sananya lemah. Meski dicatat bahwa meskipun kitab milik Hakim adalah sebuah koleksi hadis Sunni yang penting, tetapi kitab ini dipandang Iebih rendah dibandingkan dengan enam koleksi utama hadis-hadis Sunni. Sementara itu, Shahih Muslim (yang menyebutkan ‘Quran dan Ahlulbait’) menempati urutan kedua dalam enam koleksi hadis Sunni tersebut. Tirmidzi melaporkan bahwa hadis versi ‘Quran dan Ahlulbait’ terujuk pada lebih dari 30 Sahabat. Ibnu Hajar Haitsami telah melaporkan bahwa dia mengetahui bahwa lebih dari 20 Sahabat juga mempersaksikannya. Sementara versi ‘Quran dan Sunnah’ hanya dilaporkan oleh Hakim melalui hanya satu sumber. Jadi, mesti disimpulkan bahwa versi ‘Quran dan Ahlulbait’ adalah jauh lebih bisa dipegang. Lebih-lebih, Hakim sendiri juga menyebutkan versi’Quran dan Ahlulbait’ dalam kitabnva (al-Mustadrak) melalui beberapa rantai otoritas (isnad), dan menegaskan bahwa versi ‘Quran dan Ahlulbait’ adalah hadis yang sahih sesuai berdasarkan kriteria yang digunakan oleh Bukhari dan Muslim, hanya saja Bukhari tidak meriwayatkannya.
Lebih jauh, kata ‘Sunnah’ sendiri tidak memberikan landasan pengetahuan. Semua Muslim, tanpa memandang kepercayaan mereka, mengklaim bahwa mereka mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW. Perbedaan di antara kaum Muslim muncul dari perbedaan jalur periwayatan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Sedangkan hadis-hadis tersebut bertindak sebagai penjelas atas makna-makna Quran, yang keasliannya disepakati oleh semua Muslim. Maka, perbedaan jalur periwayatan hadis yang pada gilirannya mengantarkan pada perbedaan interpretasi atas Quran dan Sunnah Nabi - telah menciptakan berbagai versi Sunnah. Semua Muslim, jadinya terpecah ke dalam berbagai mazhab, golongan, dan sempalan, yang diyakini berjumlah sampai 73 golongan.
Semuanya mengikuti Sunnah versi mereka sendiri yang mereka klaim sebagai Sunnah yang benar. Kalau demikian, kelompok mana yang mengikuti Sunnah Nabi? Golongan manakah dari 73 golongan yang cemerlang, dan akan tetap bertahan? Selain hadis yang disebutkan dalam Shahih Muslim di atas, hadis sahih berikut ini memberikan satu-satunya jawaban detail terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Rasulullah SAW telah bersabda: Aku tinggalkan di antara kalian dua ‘perlambang’ yang berat dan berharga, yang jika kalian berpegang erat pada keduanya kalian tidak akan tersesat setelahku. Mereka adalah Kitabullah dan keturunanku, Ahlulbait-ku. Yang Pemurah telah mengabariku bahwa keduanya tidak akan berpisah satu sama
lain hingga mereka , datang menjumpaiku di telaga (surga).2

Tentu saja, setiap Muslim harus mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW. Demikian pula kami, pengikut Ahlulbait, tunduk kepada Sunnah asli yang betul-betul dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW dan meyakininya sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Akan tetapi, hadis yang telah disebutkan di atas memberikan bukti bahwa setiap apa yang disebut sebagai Sunnah, yang bertentangan dengan Ahlulbait, adalah bukan Sunnah yang asli, melainkan Sunnah yang diadakan belakangan oleh beberapa individu bayaran yang menyokong para tiran. Dan inilah basis pemikiran mazhab Syi’ah (mazhab Ahlulbait). Ahlulbait Nabi, yakni orang-orang yang tumbuh dalam keluarga Nabi, adalah orang yang lebih mengetahui tentang Sunnah Nabi dan pernik-perniknya dibandingkan dengan orang-orang selain mereka, sebagaimana dikatakan oleh pepatah: “Orang Mekkah lebih mengetahui gang-gang mereka daripada siapapun selain mereka.”
Secara argumentatif, bila kita menerima kesahihan kedua versi hadis tersebut (Quran-Ahlulbait dan Quran-Sunnah), maka seseorang mesti tunduk kepada interpretasi bahwa kata ‘Sunnah-ku’ yang diberikan oleh Hakim berarti Sunnah yang diturunkan melalui Ahlulbait dan bukan dan sumber selain mereka, sebagaimana yang tampak dari versi Ahlulbait yang diberikan oleh Hakim sendiri dalam al-Mustadrak-nya dan oleh Muslim dalam Shahih-nya. Kini, marilah melihat hadis yang berikut ini: Ummu Salamah meriwayatkan bahwa Rasulullah telah bersabda, ‘Ali bersama Quran, dan Quran bersama Ali. Mereka tidak akan berpisah satu sama lain hingga kembali kepadaku kelak di telaga (di surga).”3
Hadis di atas memberikan bukti bahwa Ali bin Abi Thalib dan Quran adalah tidak terpisahkan. Jika kita menerima keotentikan versi’Quran dan Sunnah’, maka orang dapat menyimpulkan bahwa yang membawa Sunnah Nabi adalah Imam Ali, sebab dialah orang yang diletakkan berdampingan dengan Quran. Menarik untuk melihat bahwa Hakim sendiri memiliki banyak hadis tentang keharusan mengikuti Ahlulbait, dan salah satunya adalah hadis berikut ini. Hadis ini juga diriwayatkan oleh banyak ulama Sunni lainnya, dan dikenal sebagai ‘Hadis Bahtera’, yang dalamnya Nabi Muhammad SAW menyatakan, “Camkanlah! Ahlulbait-ku adalah seperti Bahtera Nuh. Barang siapa naik ke dalamnya selamat, dan barangsiapa berpaling darinya binasa.”4
Hadis di atas memberikan bukti fakta bahwa orang-orang yang mengambil mazhab Ahlulbait dan mengikuti mereka, akan diselamatkan dari hukuman neraka, sementara orang-orang yang berpaling dari mereka akan bernasib seperti orang yang mencoba menyelamatkan diri dengan memanjat gunung (tebing), dengan satu-satunya perbedaan adalah bahwa dia (anaknya Nuh yang memanjat tebing tersebut) tenggelam dalam air, sedangkan orang-orang ini tenggelam dalam api neraka. Hadis yang berikut ini juga menegaskan hal tersebut bahwa Nabi Muhammad SAW telah berkata tentang Ahlulbait; “Jangan mendahului mereka, kalian bisa binasa! Jangan berpaling dari mereka, kalian bisa binasa, dan jangan mencoba mengajari mereka, sebab mereka lebih tahu dari kalian!”5

Dalam salah satu hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Ahlulbaitku adalah seperti Gerbang Pengampunan bagi Bani Israil. Siapa saja yang memasukinya akan terampuni.”6

Hadis di atas berhubungan dengan Surah al-Baqarah ayat 58 dan Surah al-A’raf ayat 161, yang menjelaskan Gerbang Pengampunan bagi Bani Israil, sahabat-sahabat Musa yang tidak memasuki Gerbang Pengampunan dalam ayat tersebut, tersesat di padang pasir selama empat puluh tahun. Sedangkan orang-orang yang tidak memasuki Bahtera Nuh, tenggelam. Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa: Analogi ‘Bahtera Nuh’ mengisyaratkan bahwa barang siapa yang mencintai dan memuliakan Ahlulbait, dan mengambil petunjuk dari mereka akan selamat dari gelapnya kekafiran, dan barang siapa yang menentang mereka akan tenggelam di samudra keingkaran, dan akan binasa dalam ‘sahara’ kedurhakaan dan pemberontakan.7

Sudahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, mengapa Nabi ‘Muhammad SAW begitu menekankan Ahlulbait? Apakah hanya disebabkan karena mereka adalah keluarga beliau, atau karena mereka membawa ajaran-ajaran (Surunah) beliau yang benar dan mereka adalah individu-individu yang paling berpengetahuan di antara masyarakat setelah beliau tiada?
Berbagai versi dari ‘Hadis Dua Barang Berat (ats-Tsaqalain)’, yang membuktikan secara konklusif tentang perintah untuk mengikuti Quran dan Ahlulbait, adalah hadis-hadis yang tidak biasa. Hadis-hadis ini sering diulang-ulang dan dihubungkan dengan otoritas lebih dari 30 sahabat Nabi Suci melalui berbagai sumber. Nabi Suci senantiasa mengulang dan mengulang kata-kata ini (dan tidak hanya dalam satu keadaan, tetapi bahkan pada berbagai kesempatan) di depan publik, untuk menunjukkan kewajiban mengikuti dan menaati Ahlulbait. Beliau mengatakannya kepada khalayak pada saat Haji Perpisahan, pada hari Arafah, pada hari Ghadir Khum, pada saat kembali dari Tha’if, juga di Madinah di.atas mimbar, dan di atas peraduan beliau saat kamar beliau penuh sesak oleh sahabat-sahabat beliau, beliau bersabda, Wahai saudara-saudara! Sebentar lagi aku akan berangkat dari sini, dan meskipun aku telah memberitahu kalian. Aku ulangi sekali lagi bahwa aku meninggalkan di antara kalian dua barang, yaitu Kitabullah dan keturunanku, yakni Ahlulbait-ku. (Kemudian beliau mengangkat tangan Ali dan berkata) Camkanlah! Ali ini adalah bersama Quran dan Quran adalah bersamanya. Keduanya tidak akan pernah berpisah satu sama lain hingga datang kepadaku di Telaga Kautsar.8

Ibnu Hajar Haitsami menulis, “Hadis-hadis tentang berpegang teguh itu telah dicatat melalui sejumlah besar sumber dan lebih dari 20 sahabat telah dihubungkan dengannya.” Selanjutnya dia menulis, “Di sini (mungkin) muncul keraguan, dan keraguan itu adalah bahwa hadis-hadis itu telah datang melalui berbagai sumber, sebagian mengatakan bahwa kata-kata itu diucapkan pada saat haji Wada. Yang lainnya mengatakan kata-kata itu diucapkan di Madinah ketika beliau berbaring di peraduan beliau dan kamar beliau penuh sesak dengan para sahabat beliau. Namun yang lainnya lagi mengatakan bahwa beliau di Ghadir Khum.
Atau hadis yang lain pada saat Tha’if. Tetapi tidak terdapat inkonsistensi di sini, sebab dengan memandang penting dan agungnya Quran dan Ahlulbait yang suci, dan dengan penekanan pokok masalah di depan orang-orang, Nabi Suci bisa jadi telah mengulang-ulang kata-kata ini pada semua kesempatan tersebut sehingga orang yang belum mendengar sebelumnya dapat mendengarnya kini.9

Menyimpulkan hadis di atas, Quran dan Ahlulbait adalah dua barang berharga yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada kaum Muslim, dan Nabi menyatakan bahwa jika kaum Muslim mengikuti keduanya mereka tidak akan tersesat setelah beliau, dan mereka akan dihantarkan ke surga, dan bahwa siapa yang mengabaikan Ahlulbait tidak akan bertahan. Hadis di atas telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menjawab ‘Sunnah’ mana yang asli dan kelompok mana yang membawa ‘Sunnah’ yang benar dari Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk tidak membiarkan kaum Muslim tersesat jalan setelah kepergian Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, jika kita menggunakan kata ‘Sunnah’ saja, hal itu tidak memberikan jawaban spesifik atas persoalan ini, sebab setiap kelompok Muslim mengikuti Sunnah versi mereka sendiri maupun interpretasi mereka atas Quran dan Sunnah tersebut. Jadi, perintah Nabi ini jelas untuk mendorong kaum Muslim untuk mengikuti interpretasi Quran dan Sunnah Nabi yang diturunkan melalui saluran Ahlulbait yang keterbebasan mereka dari dosa, kesucian mereka dan kesalehan mereka ditegaskan oleh Quran suci (kalimat terakhir dari surah ke 33, al-Ahzab ayat 33).
Maksud tulisan ini adalah semata-mata untuk memperlihatkan bahwa pandangan Syi’ah tentang kedudukan penting Ahlulbait dan Kepemimpinan (Imamah) mereka tidaklah kabur. Dalam hal ini, kami ingin menyumbangkan pemahaman yang lebih baik di antara kaum ‘Muslim sehingga dapat membantu mengurangi permusuhan beberapa orang terhadap pengikut Ahlulbait Nabi Muhammad SAW.
Fakta bahwa kami (Syi’ah) telah mengambil akidah yang berbeda dari akidah Asy’ariyah sejauh mengenai ushuluddin, dan berbeda dari empat mazhab fikih Sunni sejauh mengenai syariah, ibadah ritual dan ketaatan, tidaklah didasarkan atas sektarianisme atau persangkaan belaka. Tetapi, penalaran teologis lah yang telah mengantarkan kami untuk mengambil akidah para Imam anggota Ahlulbait Nabi Suci, Rasulullah SAW. Oleh karena itu, kami seluruhnya secara sendiri-sendiri telah mengikatkan diri kami sendiri kepada mereka dalam hal ketaatan maupun keyakinan, dalam pengambilan pengetahuan kami dari Quran dan Sunnah Nabi, dan dalam seluruh nilai-nilai material, moral dan spiritual yang didasarkan atas hujah-hujah logis dan teologis. Kami
melakukan semua itu dalam rangka menaati Nabi Suci SAW dan menundukkan diri di hadapan Sunnah beliau.
Jika saja kami tidak diyakinkan oleh bukti-bukti untuk menolak seluruh Imam selain Ahlulbait, dan untuk mencari jalan mendekati Allah SWT hanya melalui mereka, kami mungkin. telah cenderung kepada akidah mayoritas Muslim demi persatuan dan persaudaraan. Namun, penalaran yang tak terbantahkan menyuruh kepada seorang yang beriman untuk mengikuti kebenaran, tanpa memandang pertimbangan apapun selainnya.
Muslim mayoritas tidak akan dapat memberikan argumen apapun untuk menunjukkan mana di antara empat mazhab fikih mereka yang paling benar. Adalah tidak mungkin untuk mengikuti semuanya, dan karena itu, sebelum orang dapat mengatakan wajibnya mengikuti mereka, orang itu mesti membuktikan mazhab yang mana (dari keempat mazhab) yang harus diikuti. Kami telah mencermati argumen-argumen Mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hambali, dengan pandangan mata seorang pencari kebenaran, dan kami telah jauh menelitinya, namun kami tidak menemukan jawaban atas permasalahan ini, kecuali bahwa mereka (empat Imam tersebut) diyakini sebagai fukaha yang besar dan jujur dan orang-orang yang adil. Tetapi, anda pasti sepenuhnya sadar bahwa kemampuan dalam syariah, kejujuran, keadilan dan kebesaran bukanlah monopoli empat orang tersebut. Lalu, mengapakah ada kewajiban untuk mengikuti mereka?
Kami tidak yakin bahwa ada orang yang meyakini bahwa empat orang Imam ini dalam hal apapun lebih baik dari Imam-Imam kami, keturunan yang suci dan murni dari Nabi Muhammad SAW, bahtera keselamatan, Gerbang Pengampunan, yang melalui mereka lah kita dapat menjaga dari perselisihan dalam masalah-masalah keagamaan, sebab mereka adalah simbol petunjuk, dan pemimpin-pemimpin menuju jalan yang lurus. Namun sayang, setelah wafatnya Nabi Suci SAW, politik mulai memainkan perannya dalam urusan-urusan agama, dan anda tahu apa yang akhirnya terjadi di jantung Islam. Selama masa-masa penuh cobaan ini, Syi’ah terus memegang teguh Quran dan para Imam Ahlulbait yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW sebagai dua barang yang paling berat (atraksi). Telah terdapat beberapa sekte ekstrem (ghulat) yang muncul di setiap saat dalam perjalanan sejarah Islam. Namun, tubuh utama Syi’ah tidak pernah menyimpang dari jalur tersebut sejak masa Ali bin Abi Thalib dan Fathimah hingga hari ini. Syi’ah sudah ada ketika Asyari (Abu Hasan Asyari) dan empat Imam Sunni belum lahir dan belum terdengar suaranya. Hingga tiga generasi pertama sejak masa Nabi
Suci SAW, Asyari dan empat Imam Sunni belumlah dikenal. Asyari lahir pada 270-320 H, Ibnu Hanbal lahir pada 164-241 H, Syafi’i lahir pada 150-204 H, Malik lahir pada 95-169 H, sedangkan Abu Hanifah lahir pada 80-150 H. Syi’ah, di sisi lain, mengikuti jalur Ahlulbait, yang termasuk dalamnya Ali bin Abi Thalib, Fathimah binti Muhammad Rasulullah SAW, Hasan bin Ali bin Abi T’halib dan Husain bin Ali bin Abi Thalib yang semuanya hidup sezaman dengan Nabi Muhammad SAW dan tumbuh besar dalam keluarga beliau. Sejauh mengenai pengetahuan Imam-Imam Ahlulbait, cukuplah dikatakan bahwa Ja’far Shadiq adalah guru dua Imam Sunni, yaitu Abu Hanifah dan Malik bin Anas. Abu Hanifah mengatakan, “Kalaulah tanpa dua tahun itu, Nu’man pasti sudah celaka,” merujuk pada dua tahun dia menimba ilmu dari Ja’far Shadiq. Malik juga mengakui dengan terus terang bahwa dia tidak pernah menemukan seorangpun yang lebih terpelajar (berilmu) dalam fikih Islam dari pada Ja’far Shadiq. Khalifah Abbasiyah, Manshur, memerintahkan Abu Hanifah untuk mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang sulit untuk Ja’far tentang hukum Islam dan menanyakannya kepada Ja’far di hadapan Manshur. Abu Hanifahpun mempersiapkan 40 pertanyaan yang sulit dan menanyakannya . kepada Ja’far di depan Manshur. Imam tidak hanya menjawab seluruh pertanyaan tersebut, tetapi bahkan mengemukakan pandangan ulama-ulama Irak dan Hijaz (pada saat itu). Dalam kesempatan tersebut, Abu Hanifah berkomentar, “Sungguh, orang yang paling berilmu di antara manusia adalah orang yang paling tahu tentang perbedaan pendapat di antara mereka.”10

Malik, Imam Sunni yang lain, berkata; “Aku biasa datang kepada Ja’far bin Muhammad dan bersamanya untuk jangka waktu yang lama. Setiap aku mengunjungi dia, aku menemukannya sedang salat (berdoa), puasa, atau sedang membaca Quran. Setiap dia melaporkan sebuah pernyataan dari Rasulullah, dia sedang dalam keadaan berwudhu. Dia adalah seorang ahli ibadah yang terkemuka yang tidak mempedulikan dunia materi. Dia termasuk salah seorang yang takut kepada Allah.11

Syaikh Muhammad Abu Zahrah, salah seorang Ulama Sunni kontemporer, berkata; “Ulama-ulama dari berbagai mazhab Islam tidak pernah sepakat secara bulat dalam satu masalah seperti kesepakatan mereka mengenai pengetahuan Imam Ja’far dan keutamaan beliau: Imam Sunni yang hidup pada zaman beliau adalah murid-murid beliau. Malik adalah salah seorang murid beliau dan salah seorang dari orang-orang yang hidup sezaman dengannya, misalnya Sufyan Tsauri dan lain-lain. Abu Hanifah adalah juga salah seorang murid beliau, meskipun usia keduanya hampir sama, dan dia (Abu Hanifah) menganggap Imam Ja’far sebagai orang yang paling berilmu di dunia Islam (saat itu).12

Ikatan persatuan dan persaudaraan dapat dikuatkan, dan perselisihan dapat dihentikan, jika seluruh Muslim sepakat bahwa mengikuti Ahlulbait adalah sebuah keharusan. Dalam kenyataannya, banyak ulama besar Sunni telah mengakui mazhab Syi’ah sebagai salah satu mazhab Islam yang paling kaya karena adanya penalaran mendalam dalam diri mereka bahwa ilmu-ilmu di mazhab Syi’ah diturunkan dari Ahlulbait Nabi Muhammad SAW, yang kesucian dan keunggulan pengetahuan mereka ditegaskan oleh Quran. Ulama-ulama Sunni semacam itu bahkan telah mengeluarkan fatwa bahwa orang-orang Sunni dapat mengikuti fikih ‘Syi’ah Dua Belas Imam’. Di antara ulama-ulama tersebut adalah Syaikh Mahmud Syaltut, rektor Universitas Azhar. Lebih-lebih, perselisihan yang ada di antara berbagai mazhab Sunni sendiri sama sekali tidak lebih sedikit dari pada persesuaian antara Syi’ah dan Sunni. Sejumlah besar tulisan dari ulama-ulama kedua mazhab akan membuktikan hal ini. Karena menurut hadis ats-Tsaqalain Ahlulbait membawa beban yang sama di mata Allah SWT dengan Quran suci, maka yang pertama (Ahlulbait) akan memiliki kualitas yang sama dengan yang kedua (Quran). Sebagaimana benarnya Quran dari permulaan hingga akhir tanpa bayang-bayang keraguan sedikitpun, dan sebagaimana wajibnya bagi setiap Muslim untuk mematuhi perintah-perintahnya, demikian pula dengan Ahlulbait yang membawa petunjuk yang sempurna dan lurus, yang perintahnya mesti diikuti oleh semua orang. Oleh karena itu, tidak ada kemungkinan untuk melarikan diri dari menerima kepemimpinan mereka dan mengikuti kepercayaan dan akidah mereka. Kaum Muslim terikat oleh hadis Nabi Suci tersebut untuk mengikuti mereka, dan bukan selain mereka. Sebagaimana tidak mungkin bagi setiap Muslim berpaling dari Quran suci atau mengambil sekumpulan hukum-hukum yang menyimpang darinya, demikian pula ketika Ahlulbait telah dipaparkan dengan tegas tanpa keraguan sebagai setara berat dan pentingnya dengan Quran, maka sikap yang sama harus diambil berkenaan dengan perintah-perintah mereka, dan tidak diperbolehkan menyimpang dari mereka untuk mematuhi orang-orang yang lain. Setelah menyebutkan hadis at-Tsaqalain, Ibnu Hajar berkeyakinan bahwa; “Kata-kata ini menunjukkan bahwa Ahlulbait yang memiliki keistimewaan itu adalah orang-orang yang paling unggul di antara manusia.”13
Rasulullah telah bersabda; “Siapa yang ingin hidup dan mati seperti aku, dan masuk surga (setelah mati) yang telah dijanjikan oleh Tuhanku kepadaku, yakni surga yang tak pernah habis, haruslah mengakui Ali sebagai penyokongnya setelahku, dan setelah dia (Ali) harus mengakui anak-anak Ali, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak akan pernah membiarkanmu keluar dari pintu petunjuk, tidak pula mereka akan memasukkanmu ke pintu kesesatan!”4

Pada bagian lain, signifikansi kepemimpinan Ahlulbait telah ditegaskan oleh analogi menawan dari Rasulullah SAW berikut ini: “Kedudukan Ahlulbait di antara kalian adalah seperti kepala bagi tubuh, atau mata bagi wajah, sebab wajah hanya dibimbing oleh mata.”15

Rasulullah SAW juga telah bersabda, “Ahlulbait-ku adalah tempat yang aman untuk melarikan diri dari kekacauan agama.” (Mustadrak Hakim). Hadis ini, karena itu, tidak meninggalkan sedikitpun ruangan untuk keraguan apapun. Tidak ada jalan lain kecuali mengikuti Ahlulbait dan meninggalkan semua pertentangan dengan mereka. Rasulullah bersabda, “Mengakui ali Muhammad (keluarga Muhammad) berarti keselamatan dari Neraka, dan kecintaan kepada mereka merupakan kunci untuk melewati jembatan Sirath (al-Mustaqim), dan ketaatan kepada mereka adalah perlindungan dari kemurkaan Ilahi.”16 Abdullah bin Hantab menyatakan, “Rasulullah SAW menghadap ke kita di Juhfah seraya mengatakan, `Bukankah aku memiliki hak yang lebih besar atas dirimu dibandingkan dengan dirimu sendiri?’ Mereka semua menjawab, ‘Tentu saja.’ Lalu beliau bersabda, ‘Aku akan meminta pertanggung jawabanmu atas dua perkara, yaitu Kitabullah dan keturunanku.’17
Oleh karena itu, alasan bahwa kami mengambil akidah Ahlulbait sebagai pengecualian atas yang lainnya adalah karena Allah Sendiri yang telah memberikan preferensi kepada mereka saja. Cukuplah untuk mengutip syair Syafi’i (salah satu Imam Sunni) tentang Ahlulbait yang berbunyi sebagai berikut: Ahlulbait Nabi, Kecintaan kepadamu adalah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah kepada manusia, Allah telah mewahyukannya dalam al-Quran, Cukuplah di antara keagungan kedudukanmu bahwa Barang siapa yang tidak bersalam kepadamu, salatnya tidak sah. Jika kecintaan kepada Ahlulbait Nabi adalah Rafidhi (menolak), Maka biarlah seluruh manusia dan jin mempersaksikan bahwa aku adalah seorang Rafidhi.18

Dalam salat kita, dan kami yakin juga dalam salat anda, kita tentu mengucapkan ; “Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Ya, Allah, sampaikanlah shalawat-Mu pada Muhammad dan keluarganya!”
(Asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh. Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad).
.................................
Gak usah panjang-panjang pengen bukunya di dibawah tapi jangan lupa jempol ama saran n kritiknya

Download : KLIK

Senin, 05 Desember 2011

IMAM MAHDI AKAN DATANG 2015 ?


               Suatu hari aku pernah baca tentang imam mahdi yang menurut analisa penulis akan muncul tahun 2015, waooo kereeen....... setelah itu aku berfikir sejenak, memang konsep sang juru selamat bukan hanya milik orang-orang islam saja akan tetapi konsep tersebut juga ada dalam agama-agama samawi sebelum islam, meski tentang sosok yang dinanti-nanti itu berbeda, dalam islam ada imam mahdi, dalam nasrani ada mesiah, di yahudi ada raja yahudi yang akan muncul di akhir zaman, belum lagi dalam islam sendiri juga secara sepakat, sebagian mengatakan jika imam mahdi itu namanya Muhammad ibn Abdullah (Muslim sunni), sedang sebagian yang lain mengatakan namanya adalah Muhammad ibn Hasan (muslim syiah), tapi kedua mazdhab ini sepakat jika imam mahdi adalah Muhammad As yang beliau adalah keturunan dari Rosul Muhammad Saww dari pernikahan putri beliau fatimah dengan Imam Ali, terlepas dari polemik antara kepercayaan antara ke tiga agama serta madzhab dalam islam tersebut ada baiknya kalian baca ni buku sebagai wawasan dan hal-hal yang mungkin belum terlintas dari benak kita semua, meski mungkin akan ada senyum sinis karena yang mengarang adalah orang muslim syiah yg di dalamnya mengambil dari sumber-sumber kitab muslim syiah, akan tetapi ini bukan berarti keyakinan muslim syiah, aku kutib saja kalimat di akhir buku ini penulis mengatakan "Buku ini sama sekali tidak mewakili pendapat dari mazhab atau kelompok tertentu, tetapi semata-mata hanyalah pandangan pribadi penulis"

jangan lupa beri kritik dan sarannya ^_^
Download : KLIK

IBN SABA' IS THE REAL MAN

اعوذبالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الحيم, اللهم صلى على محمد و على ال محمد

TOLONG DIBACA LENGKAP SAMPAI SELESAI OK...!

Sebenarnya sudah lama aku ingin nulis ini tapi tidak sempat2, akan tetapi dalam beberapa hari ini berdialog dengan temen2 yang berbeda pendapat, terlebih ketika mereka mengeluarkan senjata bernama ibn saba’ untuk berargumen, maka tidak ada salahnya jika aku menulisnya sekarang, yaa ini sebenarnya sudah ada yang membahas serta menganalisanya, tapi mungkin hanya sedikit sekali orang yang telah mencurahkan demi membongkar hakikat sebenarnya tentang ibn saba’, jadi ini adalah ulasan singkat sejauh yang aku ingat dan fahami. OK langsung saja.......
Disini aku tidak akan membahas tentang pendapat para ulama’ mengenainya. dan anggaplah si saif itu jujur dalam masalah ini ya meskipun dia tertuduh sebagai pembohong. dalam hal ini mari kita telusuri hakikat tentang ibn saba' itu sendiri, dan anggaplah jika dia adalah THE REAL MAN alias seseorang yang bener2 nyata dan ada. oleh karena itu mari kita selidiki siapakah ibn saba' dalam literatur sunni serta tingkah lakunya.
Ibnu saba’ dalam literatur muslim sunni disebut sebagai berasal dari sana’a dan dia adalah dari ahl kitab alias yahudi tulen, Ibn saba’ dinisbatkan kepada wilayah saba’, tapi tentunya banyak sekali orang2 yang memperoleh julukan ibn saba’. Ibn saba’ dijadikan pihak yang tertuduh atas munculnya fitnah-fitnah serta kekacauan pada masa kekhalifahan usman ibn affan sehingga pemerintahannya menjadi tidak stabil, dan sebelum kekhalifahannya tidak ada satupun sejarawan yang menyebut akan eksistensi ibn saba’ pada masa Abu bakar maupun umar ibn khattab. Disini perlu dipertanyakan, siapakah ibn saba’ yang bisa membuat kekacauan sedemikian besarnya sehingga berakhir pada pembunuhan usman ibn affan,???. Apakah ibn saba’ itu orang hebat sehingga dia bisa mendikte sahabat-sahabat besar semacam abu dzar al ghiffari untuk melakukan penentangan terhadap muawiyah di syiria dan usman di madinah..??? Lalu apakah Abu dzar teramat tolol dalam memahami agama islam sehingga ia membutuhkan ilmu dari ibn saba’ al yahudi.
Ada satu cerita bahwa pada suatu hari ketika Abu dzar pulang dari syiria, beliau berkata kepada usman “kurang baik jika seseorang hanya memberikan zakatnya saja, dan ada sebaiknya ia juga memberiakan infaq kepada orang yang meminta-minta, memberi makan kepada mereka yang kelaparan, dan berinfaq di jalan Allah”. Maka ka’ab al ahbar al yahudi yang ketika itu hadir dalam tempat itu berkata,”sudah cukup jika seseorang sudah menunaikan kewajibannya”. Mendengar jawaban tersebut Abu dzar marah kepadanya dan berkata kepada ka’ab, “ hai kamu anak ahlul kitab (yahudi), apa maksudmu??? Apakah kamu akan mengajari kami dengan agama kami”??? kemudian Abu dzar memberinya pukulan dengan tongkat. (murujud dhahab).
Abu dzar pada masa umar pergi ke syria dan beliau masih tetap ada di sana pada masa usman, beliau menyebarkan agama serta nasehat2 dari Nabi, gubernur syria saat itu yakni muawiyah ibn abu sofyan tidak suka akan keberadaan beliau, karena abu dzar dengan lantang mengucapkan kebenaran tanpa rasa takut sedikitpun, namun muawiyah sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Abu dzar selama di syiria terus mengkritik secara terang-terangan pemerintahan usman di madinah yang korup, melanggar hukum quran serta tidak adil tehadap rakyat, tapi akhirnya muawiyah mengirimkan surat ke madinah supaya usman memanggil Abu dzar ke madinah dan tidak lagi di syria untuk melakukan provokasi. Setibanya di madinah dan Abu dzar menghadap usman, maka usman ibn affan berkata, “Aku sudah tahu bahwa engkau (abu dzar) mau mengataakan jika nabi pernah bersabda : ketika bani umayyah telah mencapai bilangan 30 maka mereka akan menganggap kota2 Allah sebagai kota mereka, makhluk2 Allah sebagai budak mereka, dan agama Allah sebagai alat penghianatan mereka”, maka abu dzar berkata jika beliau pernah mendengar Nabi berkata demikian, usman ingin mendustakan abu dzar tapi ia tidak berani karena ia tahu bahwa nabi sendiri pernah berkata bahwa Abu dzar adalah orang yang jujur, jika usman mendustakan Abu dzar berarti usman juga menuduh Nabi berbohong. Akhirnya usman diam saja, dan setiap Abu zdar bertemu dengan usman, maka Abu dzar membacakan surat at taubah ayat 34-35: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
Dan ketika usman menjanjikan Abu dzar dengan uang dan emas dengan niatan menyuap Abu dzar dan supaya Abu Dzar tidak lagi berbicara lantang dan keras serta kebenaran mengenai diri usman yang korup dan tidak adil, maka Abu Dzar menolaknya dengan entah-mentah, dan ketika cara tersebut tidak berhasil maka usman pun mengusirnya dari medinah ke Rabadhah dan mengutus marwan yang pernah diusir nabi keluar madinah untuk mengusir Abu Dzar.
Dalam literatur muslim sunni juga banyak disebutkan bahwa ada beberapa sahabat yang sangat lantang menentang penyimpangan yang dilakukan oleh Usman ibn affan dan gubernurnya muawiyah di syam. Ya dialah Ammar ibn yasir, ammar melakukan banyak sekali profokasi di masyarakat terhadap kepemimpinan usman ib affan yang telah menyimpang jauh dari quran. Bahakan ibn qutaibah dalam kitab sejarahnya menyebutkan bahwa muawiyah pernah berkata kepada ammar...”dan kamu ammar akan menjadi tertuduh atas pembunuhan usman”..... maksudnya jika usman ibn affan mati karena pergolokan yang terjadi akibat provokasi yang dilancarkan sahabat-sahabat besar maka ammar adalah orang yang akan dijadikan tersangka utama. Tapi sayangnya dalam literatur ulama’ sunni tidak disebutkan adanya upaya usman maupun muawiyah untuk menekan ibn saba’...!!! bukankah dia dijadikan sebagai sang inovator dalam pemberontakan masyarakat terhadapa kepemimpinan usman..!!! padahal usman sendiri tidak diam terhadapa tindakan sahabat-sahabat besar seperti Abu dzar dan ammar ibn yasir. Telah diketahui oleh banyak ulama’ sejarah maupun hadist bahwa cara yang digunakan oleh usman ibn affan untuk melenyapkan Abu dzar adalah dengan cara mengusirnya dari madinah supaya Abu dzar tidak lagi melakukan provokasi menentang kedholiman usman, Abu dzar diusir dari madinah dan diasingkan ke rabadzah, dan akhirnya Abu dzar meninggal disana (32 H) yang hanya ditemani anak perempuannya saja karena istrinya telah meninggal terlebih dulu (nabi pernah berkata kepada abu dzar jika ia nanti akan meninggal dalam keterasingan dan kesendirian ). Lalu apakah setelah Abu dzar meninggal bentuk provokasi telah hilang dan usman bisa aman dari gangguan-gangguan yang dilancarkan sahabat untuk menentang kepemimpinannya yang korup dan menyimpang dari agama...??? tentu tidak, karena masih ada satu lagi sahabat2 nabi yang sangat vokal demi menentang usman serta krini-kroninya dan ia laksana memiliki hak veto, ya dialah Ammar ibn yasir. Pada tahun 35 H, ketika fitnah menerpa usman dan usman sendiri tidak bisa menepis atas isu tersebut, Ammar terus melakukan provokasi dan bani makhzum telah berlepas diri dari pemerintahan usman, keberanian ammar ini tak pantang surut meskipun ia sering memperoleh tekanan dari kalangan bani umayyah. Sampai-sampai dalam suatu pertemuan ammar telah diancam oleh muawiyah untuk dijadikan tertuduh utama jika terjadi pembunuhan terhadap usman ibn affan..... (ibn quraibah ; tarikh khulafa’ jilid 2)
Ammar sendiri tidak takut akan ancaman apapun, dia tetap saja berucap lantang jika usman telah mengabaikan kepentingan rakyat banyak, dan usman telah menghidupkan adat jahiliyah yang telah ditumpas oleh Nabi.
Diceritakan oleh ibn qutaibah dalam kitabnya (fi imamah wa siyasah) : ketika sejumlah orang (sahabat) berjanji untuk memberikan al kitab (surat untuk usman supaya dia berhukum dengan al quran) kepada usman, diantara mereka ada ammar ibn yasir, miqdad dan semuanya berjumlah 10 orang, ketika mereka berangkat untuk menyerahkan surat kepada usman, sementara surat ada pada tangan ammar, maka mereka meninggalkan ammar dengan sembunyi-sembunyi hingga akhirnya ammar tinggal sendirian. Ketika ammar sampai kerumah usman, ammar meminta izin masuk, ketika ia masuk ia mendapati di rumah usman marwan ibn hakam dan keluarganya dari bani umayyah. Lau ammar menyerahkan tulisan tersebut kepada usman, setelah usman membacanya ia bertanya kepada ammar, “apakah kamu yang menulisnya...???” Ammar menjawab,”benar saya yang telah menulisnya”. Kemudian usman bertanya siapa yang ada dibelakang ammar untuk medukungnya, tapi ammar tidak memberitahukannya. Kemudian usman berkata kepadanya,”kenapa kamu berani sekali dengan memberiakn surat ini sendirian???” maka marwan berkata, “ wahai amirul mu’minin’ BUDAK HITAM INI (IBNU SAUDA’) telah bersikap lancang kepadamu dihadapan banyak orang, jika tuan membunuhnya, maka saya akan pura-pura tidak tahu, kemudian usman berkata kepada orang-orang ,”pukulilah dia (ammar)”, maka marwan dan keluarganya dari bani umayyah memukulinya, dan usman sendiri turut serta memukulinya hingga perut ammar sobek dan akhirnya ammar jatuh pingsan, kemudian tubuh ammar dilemparkannya keluar, lalu ummul mu’minin ummu salamah memerintahkan orang untuk mengangkut tubuh ammar dan membawanya masuk ke dalam rumah. Karena peristiwa tersebutlah bani mughirah (merupakan sekutu bani umayyah sejak dulu) berkata kepada usman, “jika ammar meninggal gara2 pemukulan ini, maka kami akan menuntut balas dari salah satu pemimpim bani umayyah”, tapi usman berkata dengan berlagak pilon dengan menjawab, “aku tidak tahu menahu”.
Ada hal lain yang dilakukan oleh ammar yang membuat usman sangat marah, dan diantaranya adalah yang dijelaskan oleh al ya’qubi dalam kitab sejarahnya, “ibn mas’ud sering marah kepada usman kepada usman hingga akhir hayatnya” ya karena usman sendiri pernah menyuruh orang2nya untuk menyeret ibn mas’ud sampai2 tulang rusuknya retak. Dan ketika ibn mas’ud meninggal dan dimakamkan, ammar ibn yasir ikut mensholati jenazahnya, akan tetapi usman tidak diberitahu akan kematian ibn mas’ud. Lalu ketika usman melihat adanya kuburan baru, usman bertanya kubur siapakah ini, lalu dijawab orang2 ini adalah kubur ibn mas’ud, lalu usman berkata kenapa ia tidak diberi tahu, lalu dijawab oleh orang2 ini adalah perintah dari Ammar ibn yasir, katanya ammar medapat wasiat untuk tidak memberi tahukan kematiannya kepada usman, dan demikian pula ketika miqdad meninggal usman tidak diberi tahu oleh Ammar ibn yasir, maka akibat dari ulah ammar inilah kemarahan usman menkin menjadi-jadi terhadap Ammar, usman berkata, “”katerlaluan anak kulit hitam itu (IBNU SAUDA’) akulah yang lebih mulia dari dia (ammar)”...(ibn qutaibah, fi imamah was siyasah).
Maka usmanlah dan klan bani umayyah yang pertama kalinya memberikan julukan IBNU SAUDA kepada Ammar ibn Yasir, ucapan usman ini akhirnya mejadi masalah besar, karena ini merupakan penghinaan terhadap ibu Ammar yaitu sumayyah, wanita muslim yang termasuk kalangan pertama masuk islam (assabiqunal awwalun) dialah wanita dan bersama suaminya (yasir) yang pertama kali mati syahid dalam dunia islam demi memegang teguh agama islam. Julukan inilah yang akhirnya menjadi nama resmi yang ditujukan kepada ammar oleh bani umayyah. Julukan ibnu sauda’ inilah yang akhirnya menjadi kesalahan perujukan dari Ammar ibn yasir (ibnu sauda’) menjadi ibnu saba’ yang kemudian kesalahannya lebih jauh dengan menamakan abdullah bin saba’, beliau adalah orang yang paling getol dalam merongrong kekuasann usman di madinah, dialah sahabat Rosul (dan sahabat lain) yang teguh memegang islam dan yang telah memprovokasi rakyat untuk menentang kepemimpinan usman yang korup dan menyimpang dari sendi-sendi ajaran quran, dan selain Ammar ibn yasir dan Abu dzar, saya tidak mengetahui adanya sahabat yang begitu vokal dalam membeberkan kebejatan dan penyimpangan usman serta para kroninya dikalangan bani umayyah.


*******KESIMPULAN********

• Ibn saba’ dikatakan sebagai orang yang pertama mengemukakan teori bahwa nabi berwasiat kepada Ali ibn thalib dan Ali adalah manusia termulia setelah Nabi saww, dalam hadist yang saya pelajari tentang wasiat nabi kepada Ali dan kedudukannya yang mulia dalam literatur kitab2 ulama’ muslim sunni, tidak ada satupun rangkaian dalam sanadnya atas nama ibn saba’, hal ini telah mematahkan tuduhan atas diri syiah jika yang mengasaskan keyakinan mereka adalah berasal dari ibn saba’.
• Ibn saba’ dikatakan sebagai orang merongrong kekuasaan usman di madinah serta gubernur usman di syiria yaitu muawiyah, namun sejarah yang ditulis oleh ulama’ dari muslim sunni telah menyebutkan dengan jelas bahwa yang merongrong serta memrovokasi masyarakat terhadap kedhaliman usman serta kroni-kroninya dan berakhir pada pembunuhan usman adalah dari kalangan sahabat2 Nabi sendiri, seperti ; Ammar ibn Yasir, Abu Dzar al Ghiffari, Thalhah, Zubair, Muhammad ibn Abu Khudzaifah, Muhammad ibn Abu Bakar dll.
• Jika usman ibn affan saja berani berlaku kasar dan keterlaluan terhadap sahabat besar nabi seperti Abu Dzar dan Ammar ibn Yasir, lalu kenapa usman juga tidak berlaku yang sama terhadap Ibn Saba’, ini tak lain karena ibn saba’ dan ibn sauda’ adalah satu orang, ya dialah Ammar ibn Yasir sahabat Nabi Saww
• Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang profesor sunni dari Damaskus yaitu Profesor Muhammad Kurdi Ali beliau menulis, “.....Adapun yang diungkapkan oleh sebagian penulis bahwa mazdhab syiah adalah bid’ah yang dibuat oleh abdullah ibn saba’, yang terkenal dengan julukan ibn al sauda’ adalah karena sempitnya pengetahuan mereka terhadap hakikat mazdhab syiah..........tidak diragukan lagi bahwa awal kemunculan syiah adalah dari Hijaz, negeri kaum syiah,.........di Damaskus, dikenal bahwa zaman (kemunculan) mereka (syiah) adalah pada abad pertama Hijriyah”

*******CATATAN********

Jika ada sahabat2 besar nabi seperti Ammar dan Abu Dzar yang telah memprovokasi rakyat sehingga berakhir pada pembunuhan usman oleh rakyat, maka apakah mereka bedua telah berlaku dhalim dan tersesat....??? aku kira itu mustahil karena ulama’ sunni telah menyebutkan tentang kepribadian mereka berdua dengan sebutan yang baik, seperti dalam sebuah hadist nabi bersabda, bahwa diri Ammar penuh dengan iman sejak dari puncak kepalanya hingga tapak kakinya (sunan ibn majjah jil.1 hal.65, al ishabah jil.2 hal.512), dan juga hadist nabi :“Ammar selalu bersama kebenaran dan kebenaran selalu bersama ammar.....sayang sekelompok pendurhaka akan membunuhya.......ammar mengajak mereka ke surga sedangkan mereka mengajak ammar ke neraka” (mustadrak jil.3 hal.392, tarikh ibn kastir jil.7 hal.268-270, sahih bukhari, jil.8 hal.185-186, musnad ahmad ibn hanbal jil.2 hal.161 dan lain2). Sedangkan tentang abu dzar nabi pernah berkata, ""Alangkah sedikitnya orang di bumi yang berbicara lebih benar dari Abu Dzar” atau “di bawah kolong langit dan di atas muka bumi ini tak ada yang lebih berkata benar selain Abu Dzar.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=213742332007497

SOFTWARE FREE

Untuk tambahin file-file di blogku yang sederhana ini kiranya ini cocok untuk sobat-sobat yg suka download software, masih ada sedikit ya nunggu uplod laahh kan masih gunain modem yg speednya kaya kura-kura berlari heeee ^_^ langsung aja biar ga ngebosenin......Ok,

Winrar 4.0 

Download: http://www.ziddu.com/download/17697552/WinRAR-4.0.rar.html





Belajar Mudah Membaca Al qur an


Salah satu yang menjadi tuntutan dalam mambaca quran adalah harus faham betul tata cara bacanya, jadi mau gak mau harus belajar ilmu tajwid, bagi yg gak sempet mengajari anak2 yg tercinta boleh coba pake software satu ini, software dg basis flashpayer bisa digunakan guna mempermudah dan sebagai media belajar anak2 jika metode ceramah udah bikin bosen anak2 software ini juga ada audionya jadi lumayanlah, kan jika datangain guru prvate nanti bayar heeeee, mau coba ni tak kasih gratisss heee, jangan lupa komennya dulu ya ^_^
Download: http://www.ziddu.com/download/17958543/TAJWID.EXE.html

Media converter
ini salah satu converter yang bagus coz bisa buar convert banyak file mulai audio sampai video juga filenya kecil jadi gak akan banyak makan di HD kamu, dan kelebihan sofware ini juga terletak pada layanan untuk edit video, wis gak usah banyak ngomong pengen coba download aja disini, sebelumnya kasih jempol ama kritik sarannya Ok..!!!!
setelah download instal aja, setelah itu jangan buru-buru coba, tapi jika gak tahan yaa gak pa2 lah, soalnya sebelum diregister, file yg kamu coba convert akan dibatasi cuma beberapa menit, bayangkan jika file audio n video kamu belasan menit, waahhh pasti tu akan terpotong heeee, tutup dulu converternya, kemudian buka "aiseesoft.all.prodects.5.x.universal.patcher-patch" dan tekan patch dan cari tu file All.dll. cari file ini di drive tempat kamu instal ni software biasanya sih ada di : C:\Program Files\Aiseesoft Total Media Converter\dll


Kamus Bahasa Arab v2.0

Jika kamu terkadang merasa kesulitan mencari terjemah bahasa arab, terutama hadist2, maka gak ada salahnya jika kamu gunain ni software, yaaa cukup memuaskan, terlebih jika udah kepala puyeng mikirin terjemah, kamus ini bisa dijalankan 2 arah yaitu arab-indonesia atau indonesia-arab, ya udah langsung coba aja...!!!


Kamus Al Mufid 

Satu lagi software kecil yang patut dicoba yaitu kamus al mufid, ni cocok untuk adik2 sekolah dasar atau juga buat yg udah besar, kamus ini juga bisa dioperasikan 2 arah yaitu arab-indonesia atau indonesia-arab
Download: http://www.ziddu.com/download/17697096/kamus_mufid_1.0.exe.html


Quran in MWord

Pernah ngalami kesulitan ketika mau ngetik ayat2 quran di word..??? jangan kuatir ni software buat cari ayat2 quran n sudah terintegrasi ama Wword plus sekalian terjemah indonesianya
Download: http://www.ziddu.com/download/17697066/SetupQuranInWordInd1.2.3.exe.html

IDM 607


Sapa yg gak kenal ama si raja sedot bandwitch ini, selain bisa meresume software ini rasanya belum ada yg bisa nandingi, ya udah langsung cobain aja bagi yg belum pernah pake ni software pasti akan tersenyum lebar ama kecepatannya...dan diantara kelebihannya adalah Idm ini udah terintegrasi ama mbah google n yg lainnya, terlebih jika mo download video di youtube, pasti udah nongol tu Idm tanpa dipanggil dan tinggal klik download dehh...!!
Download: http://www.ziddu.com/download/17694214/Idm607.rar.html

MISTERI KHIDIR AS.


Diantara hal-hal yang misteri dalam kepercayaan umat islam adalah tentang keberadaan khidir as yang mana beliau masih hidup hingga sekarang, bayangkan saja ya berapa umurnya sekarang,.....Nabi khidir sudah hidup sejak zamannya Musa As jadi umurnya telah ribuan tahun, dan dilain pihak masih ada juga pertentangan antara yang mengatakan beliau itu Nabi dan ada yang mengatakan bukan...!!!!

terlepas dari itu semua moga2 ni hasil cuplikan, klik sana sini, tanya sana sini, buka buku ini itu dan akhirnya aku jadikan dalam format pdf, "cuma 10 halaman" dan tak kasih judul MISTERI KHIDIR AS.

yaa semoga bermanfaat dan menambah hasanah keilmuan kita!!! aamiin

Sebelum download kasih jempol dulu ama saran n kritik

Download : KLIK

Sabtu, 03 Desember 2011

TRAGEDI KARBALA


Mukadimah

Pertengahan abad pertama Hijriah, yaitu masa pasca kekhalifahan Abu Bakar bin Abu Quhafah, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Imam Ali bin Thalib, Muawiyah yang tadinya menjabat gubernur Syam (Suriah) atas pilihan Utsman bin Affan mengangkat dirinya sebagai khalifah setelah berhasil menyingkirkan khalifah yang sah, Imam Hasan bin Ali yang menggantikan Imam Ali dan berbasis di Madinah.Ketika Muawiah Bin Abi Sufyan menemui ajalnya, anaknya yang bernama Yazid menggantikan kedudukannya di atas singgasana khalifah yang saat itu sudah benar-benar menyerupai kerajaan tiran dan sarat ironi. Seperti ayahnya, karena naik tanpa restu umat dan syariat, Yazid mencari baiat dengan cara paksa dari umat. Di pihak lain, sebagai tokoh yang paling berpengaruh di tengah umat, putera Fatimah Azzahra dan cucu tercinta Rasul, Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib yang tinggal di Madinah, diincar oleh Yazid. Beliau dikirimi surat dan pesan agar memilih satu diantara dua pilihan; baiat kepada Yazid atau mati.Saat menolak pilihan pertama, baiat, Imam Husain tiba-tiba diserbu ribuan surat dari penduduk Kufah, Irak. Mereka menyatakan siap mengadakan perlawanan bersenjata atas Yazid bin Muawiyah dan membaiat Imam Husain sebagai khalifah dengan syarat beliau datang ke Kufah untuk mengoordinasi dan mengomandani pasukan perlawanan. Tadinya Imam keberataan memenuhi ajakan itu karena orang Kufah sudah lama beliau ketahui sulit dipegang janjinya. Namun, keberatan itu membuat beliau semakin dibanjiri surat sampai akhirnya beliau tak kuasa untuk menolak saat surat-surat terakhir penduduk Kufah berisikan ancaman mereka untuk mengadukan beliau kepada Allah di hari kiamat kelak bahwa beliau telah menolak kebangkitan melawan penguasa tiran, bahwa beliau telah menyia-nyiakan kekuatan dan kesempatan yang tersedia untuk menumbangkan penguasa zalim dan kejam, bahwa beliau tidak mengindahkan jeritan, derita, dan harapan kaum mustahd'afin, dan bahwa beliau tidak berani mengorbankan jiwa dan raga demi melawan penguasa durjana. Sang Imam tak berkutik, meskipun beliau tahu semua itu belum tentu mencerminkan loyalitas penduduk Kufah dengan resiko apapun. Saat itulah Imam merasa dihadapkan pada ketajaman lensa sejarah yang hanya mau merekam bukti dan kenyataan di depan mata umat, bukan dogma-dogma sakral tentang hakikat non-derawi. Jadi, kebangkitan Imam tadinya bukan berarti harus keluar dari menuju Kufah, tetapi karena secara kasat mata di Kufah sudah tersedia kesempatan dan kekuatan untuk menumbangkan Yazid, beliau harus keluar untuk memastikan benarkah kesempatan itu memang ada. Maka, meskipun dengan berat hati dan keyakinan penuh bahwa beliau akan menghadapi marabahaya, undangan penduduk Kufah itu akhirnya beliau penuhi. Beliau mengirim utusannya, Muslim bin Aqil untuk meninjau keadaan yang sesungguhnya di Kufah. Di Kufah, Muslim mendapati rakyat benar-benar sedang diterjang gelora semangat perlawanan. Karenanya, Muslim menyampaikan berita gembira itu kepada Imam Husain lewat surat. Imam berangkat menuju Kufah bersama rombongannya yang berjumlah ratusan orang, setelah beliau singgah terlebih dahulu ke Mekkah.Ketika Imam sedang dalam perjalanan panjang menuju Kufah, keadaan di kota ini berubah total. Nyali penduduk tiba-tiba ciut dan keder setelah diancam habis-habisan oleh gubernur Kufah yang berdarah dingin, Ubaidillah bin Ziyad. Semua menutup pintu rapat-rapat dan tak ada yang berani keluar untuk bicara dan berkumpul lagi soal gerakan perlawanan. Hanya segelintir orang yang masih setia kepada Muslim bin Aqil dan siap menyongsong segala resiko. Namun akhirnya mereka ditangkap. Muslim dihabisi dengan cara yang sangat sadis. Jasadnya yang tanpa kepala dipertontonkan di pasar Kufah, dan penduduk terpaksa pura-pura ikut bergembira atas kematian Muslim. Perubahan itu tercium Imam Husain dan rombongannya ketika sudah mendekati Kufah. Mendengar itu, rombongan Imam banyak yang terguncang kemudian memilih mundur dan keluar dari barisan Imam. Jumlah pengikut beliau akhirnya surut drastis, hanya tinggal beberapa wanita dan anak kecil serta puluhan orang. Namun, karena masih ada setumpuk alasan, putera pasangan suci Imam Ali dan Fatimah Azzahra itu tetap melanjutkan perjalanan sampai kemudian berhadapan dengan pasukan kiriman gubernur Kuffah pimpinan Hur bin Yazid Arriyahi. Pasukan itu dikirim sengaja untuk menghadang rombongan Imam.


Jangan lupa kasih jempolnya ama kritik n saran..!!!!

Download Bukunya : KLIK